Buddy Daddies © P.A. Works |
Jikalau hanya melihat dari sinopsis dan trailer yang diberikan, maka wajar saja apabila banyak yang mengira bahwa cerita anime ini merupakan sebuah plagiasi dari anime Spy x Family, tapi versi gay. Kenyataannya bagaimana? Oh, tentu berbeda dari kesimpulan tak matang tersebut. Bahkan aku berani berkata kalau cerita anime ini lebih bagus dari anime yang tadi kubandingkan, itu dinilai dari season 1 saja sih, season 2 masih belum ada niat buat nonton.
Dari 12 episode yang tersedia, Buddy Daddies sukses memberikan sebuah kisah dua seorang pembunuh profesional yang mengasuh seorang bocil yang mencari ayahnya. Kehadiran bocil tersebut tentu saja membawa pengaruh besar pada dua pembunuh tadi. Keseharian mereka, kegiatan misi mereka, bahkan jadwal tidur mereka, semua dibikin repot gara-gara bocil itu. Komedi dan drama yang diberikan cukup lumayan dan menghibur, tak sekali pun ada adegan yang terasa luput dari premis yang dibawakan.
Suwa Rei (kiri) & Kurusu Kazuki (kanan) © P.A. Works |
Dua pembunuh profesional itu bernama Suwa Rei dan Kurusu Kazuki. Ketika mendapati misi yang mana jatuh pada malam natal, mereka dipertemukan oleh Miri, gadis kecil yang nantinya akan mereka asuh bersama. Kenapa begitu? Miri bilang, dia mencari ayahnya. Namun, ayahnya merupakan target pembunuhan Rei dan Kazuki di malam natal. Pertemuan yang bisa dikatakan tragis ini dieksekusi secara ringan tetapi tak meninggalkan kesan gelap yang dibawa. Karena sudah membunuh seorang ketua dari grup perdagangan manusia a.k.a identitas ayah Miri sebenarnya, Kazuki memutuskan untuk membawa Miri bersamanya. Tanpa sadar bahwa seterusnya dia akan mengasuhnya terus bahkan setelah animenya berakhir.
Visual di sini cukup biasa saja, tak ada yang terkesan istimewa atau wow. Bukan berarti itu buruk sih. Untuk directingnya sendiri lumayan bagus. Tiap episode-episode awal terasa episodik demi membangun hubungan antara trio Suwa-Kazuki-Miri. Begitu paruh kedua dimulai, cerita mulai sedikit serius pada bagian dramanya.
Rei, Miri & Kazuki © P.A. Works |
Rei adalah karakter yang pendiam, suka main gim, dan selalu serius melakukan pekerjaan membunuhnya. Kazuki adalah karakter yang sering bersama Rei, seorang yang pintar dan selalu memikirkan rencana pembunuhan, dan dia juga suka melakukan pekerjaan rumah tangga, berjudi, dan main cewek. Miri adalah gadis kecil yang masih berumur 4 tahun, kepribadiannya di sini sungguh anak kecil pada umumnya. Rewel, banyak energinya, dan selalu menebarkan senyuman. Suara Miri ketika memanggil Rei dan Kazuki sebagai papanya itu... hhgnggngn. Seringnya Rei, Kazuki, dan Miri menghabiskan waktu bersama membuat hubungan ketiganya semakin erat, hingga menyebabkan konflik dan drama yang akan terjadi nantinya terasa berat. Karakter-karakter lain juga hadir sebagai pelengkap drama tersebut. Baik itu demi mengembangkan atau mendalami ketiga karakter utama, dan menambah nuansa tragedi pada kehidupan mereka.
Di anime ini, alih-alih membuat hubungan Rei dan Kazuki menjadi gay, cerita mengarahkan bahwa hubungan mereka lebih seperti dua individu dengan masa lalu kelam dan menemukan jati diri masing-masing, menyelamatkan diri mereka masing-masing, hingga tumbuh bersama menjadi lebih dewasa berkat kehadiran Miri. Karena yang namanya mengasuh anak itu tidaklah mudah, anime ini menggambarkan situasi itu dengan sempurna.
Sejauh pengalaman menontonku, Buddy Daddies berhasil mendapatkan hatiku. Baik itu dari sisi komedi yang lucu dan imut atau drama yang membuatku merasa kasihan dan akhirnya mendukung kebahagiaan tiap karakter. 12 episode pun terasa berlalu begitu saja.
Rating pribadi: 8/10
(Rating hanyalah bias, semua bisa menjadi mahakarya jika semesta memang mengizinkan)
0 Komentar